Tuesday, 4 April 2017

Kemenangan Pilpres 2014 landasan baru untuk Pilpres 2019


Dasar Kemenangan Pilpres 2014 dengan teorema Bayes

Dari http://www.tribunnews.com....Di atas kertas, dukungan pasangan Prabowo-Hatta dari parpol lebih banyak dibanding Jokowi-JK. Prabowo-Hatta didukung oleh lima parpol yang lolos ke DPR, yakni Partai Gerindra (11,81 persen, 73 kursi DPR), Partai Golkar (14,75 persen, 91 kursi DPR), Partai Amanat Nasional (7,59 persen, 49 kursi DPR), Partai Persatuan Pembangunan (6,53 persen, 39 kursi DPR), dan Partai Keadilan Sejahtera (6,79 persen, 40 kursi DPR).  Partai Bulan Bintang juga memberikan dukungan terhadap Prabowo-Hatta. Namun, parpol itu tidak lolos ke DPR lantaran hanya memperoleh 1,46 persen suara. Jika dijumlah, pasangan tersebut memperoleh dukungan 48,93 persen suara atau 292 kursi DPR.  Adapun Jokowi-JK didukung 39,97 persen suara atau 207 kursi DPR.
Sisanya dukungan oposisi 100 – (48,93 + 39,97) = 100 – 88,9 = 11,1 %  atau 61 kursi DPR.  Untuk 100 % dukungan memilih presiden tergantung kepada rakyat mau memilih yang mana sifatnya bebas dan rahasia. Karena bebas dan rahasia maka 100 % pemilih kita anggap tahu dari hasil koalisi legislatif dan oposisinya yang berpeluang memilih sama dengan suaranya. Tapi ada kecurangan sikap politik Golkar yang main di dua kaki yaitu Bang Ical Golkar yang mendukung Bung Bowo (capres) dan Bang JeKa Golkar yang main di cawapres Bang Kowi (capres). Supaya adil hitungannya maka 50 % suara Golkar ditambahkan ke Bang Kowi. Dengan cara ini maka peluang dukungan terhadap Bang Kowi menjadi 39,97 + ½ (14,75) = 47,395.  Demikian pula oposisi 11,1 % dibagi 2 yaitu 5,55 % tambahkan masing-masing ke Bang Kowi dan Bung Bowo. Jadi dukungan Bang Kowi sebesar 47,395 + 5,55 = 52,895 dan dukungan terhadap Bung Bowo menjadi : 48,93 – ½ (14,75) + 5,55 = 47,105. Angka ini adalah angka andai main dua kakinya imbang antara kaki Bang JeKa dan kaki Bang Ical.
Hasil dukungan masing-masing kita sebut peluang A yaitu P(A) dan peluang AC yaitu P(AC). Kita maknai P(A) = peluang kemenangan Bang Kowi dari dukungan DPR hasil pemilu 2014 = 52,895 % dan P(AC) = peluang kemenangan Bung Bowo dari dukungan DPR hasil pemilu 2014 = 47,105 %.
Di dalam praktek memilih tgl 9 Juli 2014 nanti ada nilai optimis sebagai nilai interval kepercayaan optimal yaitu 99 % untuk Bung Bowo. Nilai optimis tsb sebut sebagai P(RC/AC)  yaitu peluang jika 99 %  rakyat percaya terhadap iklan membangun Indonesia raya menjadi macan Asia maka rakyat memilih Bung Bowo jadi presiden. Pada cabang kejadian yang komplementer terdapat kepercayaan yang tidak optimal yaitu relawan mengumpulkan dana untuk kandidat bang Kowi dan bang JeKa. Andai komplemen ini bergerak maksimal sampai kepercayaan 95 % maka Indonesia jadi hebat adalah nilai optimis. Sebutlah nilai 95 % ini sebagai P(R/A) yaitu jika 95 % rakyat percaya terhadap gerakan rakyat dalam revolusi mental optimis membangun Indonesia sesungguhnya maka rakyat memilih Bang Kowi jadi presiden.
Dengan teorema Bayes kemenangan Bang Kowi adalah P(A/R) = {P(AÇR)} : {P(AÇR) + P(AÇRC)} =  99,1 %. Untuk Bung Bowo kemenangannya P(AC/RC) = {P(AC Ç RC) :{ P(AC Ç RC) + P(A Ç RC )} = 94,6 %.
Arti kemenangan 99,1 % buat Bang Kowi adalah target di atas kertas sesuai interval kepercayaan normal. Kepercayaan ini memberikan indikasi bahwa terdapat kebenaran realistis yang ideal alias target revolusi mental adalah sesungguhnya. Sedangkan arti kemenangan 94,6 % buat Bung Bowo belum ada interval kepercayaan yang kurang dari 95 %.
Tentu saja anda (pembaca) menjadi indikator pendidikan politik bangsa ini untuk membuat kepercayaan terhadap kebenaran dua kandidat presiden 2014. Kalau anda pernah menyimpan teorema Bayes ketika pra universitas sejak perintis 1981 sampai sbnmptn 2014 maka itulah menjadi dasar pemikiran kejadian bersyarat memilih presiden 2014. Bang Kowi adalah peserta perintis tahun 1981 yang di tahun 2014 ini berhasil mempraktekan kaidah tangannya yang hanya dengan isyarat tangan kiri-kanan rrrrrrkkkkk tgl 9 Juli 2014 menang.  Bung Bowo bukan peserta perintis tak ada tanda-tanda untuk teorema Bayes dengan kaidah tangannya. 

Teorema 2017 PILGUB DKI (Sidang Kontradiksi) 
   Orang-orang ribut sidang kontradiksi y = x dan y = -x sebagai nilai off. Dengan teorema Bayes dapat ditemukan 2 cara membohongi pakai surat buta logika tautologis  karena pengaruh jin kafir Ac. Buta logika tautolgis yaitu logika kontradiksi B karena buta logika simbolik X sebutlah BX, dan B karena buta logika semantik Y sebutlah BY.  Dengan menggunakan (X + Y)^2 = X^2 + Y^2 + 2XY maka kebutaan y = Y = Ac dan kebutaan x = X = A memberikan nilai off untuk tiap A dan Ac. Mustahil A = Ac. Akibatnya terdapat tiga domain pada persegi OARAc yaitu OAR, OAcR, dan garis OR tempat kriteria y = x sebagai logika penempatan O rakyat dan R pemimpin. Mustahil O dan R berbohong. Jadi yang berbohong adalah daerah OAR dan daerah OAcR untuk sidang kontradiksi y = x dan y = -x. Sehebat apapun sidang tetap saja off.
     Dalam kemustahilan A = Ac maka yang dihapus adalah X^2 + Y^2 = 0 sehingga B yang tampil adalah 2BXY yaitu orang-orang dalam kebutaan logika simbolik dan logika semantik. Ketahuilah logika simbolik x merupakan matematika ibunya ilmu pengetahuan sedangkan logika semantik merupakan ratunya ilmu pengetahuan. Oleh Raja Pajajaran sekitar 500 tahun yang lalu 2BXY disebut dahan mati tempat burung gagak berkoar-koar. Raja Pajajaran sendiri mengetahui operator belah ketupat Kali Jaga OARAc merupakan Intelegensi Wali Sejati. Pada bidang OARAc terdapat ruang berpikir perikemanusiaan yang adil dan beradab. Cara berpikir perikemanusiaan yang adil dan beradab dipesankan Bung Karno lengkapnya dalam Pancasila. Jadi dengan perilaku Pancasila yang mendasari berbangsa dan bernegara mustahil 2017 PILGUB DKI pakai surat sidang kontradiksi.





No comments:

Post a Comment